Sunday, May 16, 2004
Ibuku wanita yang cantik dan penuh perhatian,
Wajahnya diukir oleh malam dan bulan selalu senang untuk bersinar atasnya
Sehingga akupun tidur dalam pelukannya
Kulupakan tapak kakiku yang berdarah dan sesaknya napas saat kulihat Ibu di pintu
Menyambutku pulang dengan kasih yang wangi bak melati,
Dan wanginya tidur di seluruh sudut rumah kami,
Pada Ayah, pada adik-adikku
Di dapur, di kamar tidur, di meja makan…
Terlebih di mata dan jantungku yang selalu menantikannya.
Ibu tumbuhkan sayap-sayap di jiwaku, ia jaga jiwaku agar pada waktunya aku dapat terbang dengan sayap yang kokoh dan gagah, meninggalkannya-
Tapi aku tahu, tak mungkin bagiku ucapkan selamat tinggal padanya.
Aku tahu saat aku ucapkan itu napasku akan terhenti, dan yang kucium dalam peluk bukanlah yasmin tapi bunga bangkai yang memetik lagu kubur selama sisa hidupku…
Ibuku yang cantik, chrysanthemum hatiku, bulan malamku, kasih abadi jiwaku, air yang selalu mengalir dalam sunyinya nafasku…
Pergi dalam genggaman waktu, dan kematian yang menghentikan napasnya-saat aku tak mau melihat itu terjadi.
Pergi dengan jiwa sunyi yang kini bernaung di hatiku.
Bahkan ayat terakhir hidupnya, saat ia tutup matanya untuk semesta, aku bermain dalam mimpiku.
Tapi aku dengar sayup sayup-sayup gonggongan ngeri di tengah komposisi sunyi dan dingin yang dimainkan malam.
Ibuku yang penuh kasih, untukku dan duniaku…
Sampai sekarang aku tak berani terbang,
Karena sayapku retak, patah, dan terluka-ngilu, pedih,
Sunyi mengakar dalam napas dan aliran darahku.
Akibat langkahmu yang terlalu jauh dan tak bisa kukejar itu, bulu-bulu di sayapku gugur, mengering, dan hangus dibakar oleh sedih,
Dan sayapku hilang sebelum aku ingin menjaga dan memeliharanya-dan terbang seperti yang kau inginkan dariku
Ibuku yang penuh cinta, untuk napas dan jiwaku…
Pagi saat kau tinggalkan waktu di bumi ini,
Sudut-sudut kamar di dalam raga ini kehilangan cahay yang menyinari, menghangatkan, memberi keamanan…
Mataku mengisahkan tangis saat kuucapkan kata yang tak ingin kuucapkan itu-
Akhirnya hari untukmu untuk mengukir kata itu di ayat hidupku tiba- dan kepingan hatiku bertambah hancur, remuk…
Ibuku penuh cinta, kini dan kelak…
Hancur jiwaku karena kau takkan pernah melihat sayapku tumbuh lagi dan terbang dengan gagah seperti yang kau inginkan…
Ibuku yang penuh kasih, hangat bagi malam dinginku…
Sekarang mataku buta dan langkahku tak jelas,
Nyala di hidupku padam-tanpa bayangmu,
Sayapku akan terbang, tapi aku tak tahu aku harus terbang kemana dan untuk siapa,
Aku ingin terbang untukmu, bersamamu.
stanley dirgapradja@petit garcon 1:54 AM [comment]
***